KisahNyata: Dena dan Trauma Masa Kecil


Aku berkenalan dengan Dena (Nama Samaran), di dunia maya, karena memang memberikan layanan curhat untuk remaja. Ia seorang mahasiswa disebuah perguruan tinggi di Bandung. Jadi beda kota dengan aku, dan satu satunya cara berkomunikasi adalah dengan cara berkirim email.

Kami hanya berkorespondensi email dan bertukar nomor telefon, hanya melalui digital, ia tidak pernah bercerita apa-apa selain hanya ngobrol hal-hal yang umum.

Sampai suatu kali aku ada tugas kerja ke Bandung, dan aku tanya apakah ia berkenan bertemu, agar kita bisa bersilaturahmi. Awalnya ia ragu, tapi akhirnya ia menyetujuinya. 

Saat itu kami bertemu disebuah kedai kopi disekitar Dago, dan ngobrol panjang lebar sebagai dua orang sahabat yang seolah sahabat kecil yang lama tak berjumpa.

Dan diakhir pertemuan, dia mengeluarkan bungkusan kotak dan memberikan ke aku. Aku bertanya:

"apa ini dena? aku malah gak bawa hadiah kenang2an untuk kamu."
"emang itu kado ? dena hanya pinjamin doang kok, nanti dibalikin lagi ke dena" jawabnya jahil
"oh.. iya..iya.. buku ya? kasih tau aja judulnya, nanti aku cari di toko buku, aku buka ya ?" tanyaku
"aduh, jangan, jangan sekarang bukanya, nanti aja kalo udah pulang, gak kok dena pinjamin aja, soalnya limited edition, gak ada dimana-mana" katanya sambil tersenyum
"oh, oke...oke.. karya kamu ya?" tanya ku
"hehehe...nanti kalo dah baca kasih kabar ya" pintanya.

Kami pun berpisah. Aku kembali pulang ke Jakarta. Diperjalanan Aku ingat bungkusan itu, dan membukanya (kebetulan memang aku pergi dianter pak sopir kantorku), aku lihat sebuah buku semacam diary, aku tertegun, dan awalnya aku ingin menelfon dena, bertanya apakah memang ini  buku yang ia ingin aku membacanya ? tapi aku urungkan.

Aku mulai membuka halaman pertama, dan selanjutnya semakin menarik, perlahan membacanya sesekali menarik nafas, melihat ke jendela mobil, dan memulai membaca kembali, perlahan kadang ada beberapa yang diulang untuk memahami korelasi catatan harian yang ia tulis dari hari ke hari secara rapi.

Sesampai dirumah, Aku kembali membaca diary itu dari awal, dan mencoba memahami semua rangkaian cerita. Cerita yang membuat aku terpesona,  karena yang istimewa, ia selalu menuliskan awal cerita setiap harinya dengan pujian kepada Allah SWT dengan Asma Ulhusnanya. Misalnya,

"Ya Allah, Yang maha pemberi ketenangan jiwa"... dlsb, semacam itu.

Karena itu akhir pekan, aku memutuskan menelfon dena ketika semua cerita sudah aku baca, dan aku siap berkomunikasi dengannya. Kami mengobrol sangat panjang dan semuanya membuat aku terharu.

Bagaimana tidak ? 
Dena seorang mahasiswa cantik, pandai, memiliki pengalaman kelam dalam kehidupan masa kecilnya. Saat ia kecil, ternyata ia mendapatkan pelecehan seksual dari Pamannya, dan juga sepupunya. Masya Allah. meski ia tidak informasikan berapa kali ia mendapatkan perlakukan seperti itu, tapi semuanya membuat ia sangat trauma luar biasa. 



Efeknya, Ia membenci Pria. Orientasi seksualnya berubah, dan dia menyimpannya semua sendiri dalam buku hariannya, dialog antara dirinya dengan Tuhan melalui Doa, menyalurkan semua kegelisahannya dalam sebuah tulisan pada setiap hari nya. 

Dan ia menyerahkan cerita itu, kepadaku. Apa yang harus aku lakukan ?

Perlu waktu yang panjang untuk menyelesaikan masalah trauma masa kecil ini, tidak ada yang bisa aku lakukan selain memberikan dukungan dan semangat bagi dia untuk kembali kepada fitrahnya. Terus berdoa, tidak fobia terhadapnya, tetap bersahabat, dan meyakinkan, bahwa perjuangannya tidak akan sia-sia. 

Tahun demi tahun berlalu, kita tetap bersahabat, berkomunikasi dan berdialog tentang masalahnya dengan cara sangat rahasia. Aku memperhatikan semua perkembangannya melalui media sosial, tanpa ia ketahui, Sampai pada akhirnya, sebuah surat Undangan tiba di Inbox Emailku, Undangan pernikahan. 

Luar Biasa !

aku meneflonnya dan mengucapkan selamat, dan berpesan untuk tidak menjadikan ini sebagai pelarian. dan Ia menjawab, "insya Allah, Dena berdamai dengan hati dena, dan siap untuk menjalaninya sebagai bentuk ibadah cinta Dena kepada Allah Swt"

SubhanAllah !. 

Sayangnya aku tidak bisa hadir dipernikahannya karena ada tugas ke luar kota. Dan sejak saat itu, aku yakin, bahwa ia memiliki kehidupan yang lebih indah dari sebelumnya. Semoga.

Amin.

Inspirasi :
  • Seseorang yang mengalami masalah seperti ini, harus kuat mengendalikan semua amarahnya, agar tidak menjadi trauma yang menghantui diri kita ke masa depan. Yang bisa dilakukan adalah memasrahkan kepada Allah SWT dan selalu berdoa agar hati kita di damaikan, agar kita menerima semua yang kita alami dan siap kuat menghadapi masa depan, memaafkan orang lain bukan berarti mentoleransi sebuah kesalahan tapi lebih kepada mendamaikan hati kita untuk tetap kuat terus melangkah untuk masa depan lebih baik lagi.
  • Menjadi seorang Kaunselor, kita tidak bisa fanatik fobia, perlu kesabaran penuh untuk bisa mendampingi semua permasalahan yang kita temui, agar kita bisa memberikan dukungan bagi mereka untuk bisa merubah hidupnya menjadi lebih baik.
  • Orangtua akan lebih bijak jika memiliki hubungan yang baik mengikuti perkembangan psikologi anak-anak kita, agar selalu memiliki pengetahuan tentang apa yang menjadi kegelisahan hati anak kita dan bagaimana kita dan anak mau bersama-sama mencari solusi terbaiknya.
Kontributor : @selvialdriani












Comments