KisahNyata : Tangisan seorang Ibu untuk Anak lelakinya


KisahNyata : Tangisan seorang Ibu untuk Anak lelakinya

Suatu hari, aku bertemu dengan seorang ibu yang memang sudah lama aku kenal, ia bertanya, apakah aku menerima curhat seorang Ibu ? aku menjawab, "mengapa tidak, jika aku tidak mampu mencarikan solusi, setidaknya ada sesak hati yang mengalir untuk melegakan". sambil tersenyum.

Ia bercerita tentang anak laki-lakinya yang saat itu sudah kelas 3 SMP, dimana suatu hari ia menemukan puntung rokok dikamar mandinya. Karena suaminya sudah meninggal, dan ia hanya tinggal bersama 1 anak laki-lakinya dan 1 anak perempuannya. hatinya berdetak kencang saat ia menemukan puntung rokok itu. Rasa gundah menyelimuti hatinya beberapa waktu, sampai akhirnya ia tidak tahan lalu menemui anak lakinya dan memarahi sambil emosi. setelah usai bercerita, ia menangis.

Aku tersenyum sambil membelai punggung belakang sang Ibu. Menunggunya sampai tangisan reda. lalu ia meminta maaf karena sudah berkeluh kesah kepadaku.

Akhirnya aku katakan pada sang Ibu,

"ma, merokok itu salah satu pintu gerbang menuju narkoba, dan biasanya ini pengaruh dari kawan-kawan sekitar, ketika pengaruhnya semakin kuat, maka efeknya anak kita akan meluncur kepada bagian terburuk dari semua kekuatiran"

"akan tetapi, dalam usia sekarang, masa transisi, pertumbuhan kejiwaan anak-anak tidak bisa dihadapi dengan kemarahan, karena kemarahan kita kepada anak-anak, hanya akan membuat mereka menjadi tambah takut, merasa bersalah campur dengan tidak terima dimarahi, sedih dan sejenisnya, yang efeknya justru akan semakin sembunyi dari kita dan menjauh bahkan merahasiakan semua perasaan, pikiran dan prilakunya dari kita"

"ada juga anak-anak, banyak bahkan, yang dihadapan orangtuanya, keluarganya sangat begitu manis dan santun, tapi ternyata tiba-tiba, masalah besar karena prilakunya, justru datang tidak terduga"

"luapan emosi anak anak seusia ini, masih belum stabil, mungkin yang perlu di bangun adalah, persahabatan antara mama dengan anak mama, membuat ia percaya untuk menjadi dirinya seperti apa adanya, menceritakan segala hal dengan kejujuran yang ia merasa lega bersama mama, dan itu tidak bisa didapatkan jika kita sendiri berada dalam kekalutan emosi yang sangat tinggi"

"ketika usia transisi ini harus ia lewati, pastinya menuju kedewasaan, menjadi orang besar, bukan anak kecil lagi, jadi perlakuan kita kepada anak-anak sangat menentukan arah perkembangan anak itu sendiri. Ketika kita memperlakukan anak kita seolah ia sudah dianggap dewasa oleh kita, mereka akan sangat bangga dan menghargai pengertian mamanya kepadanya."

"Lalu, aku harus bagaimana Mama Azriel ?"

"Menegur anak mama itu tetap wajib ma, akan tetapi ada cara kita berkomunikasi dengan anak-anak, yaitu komunikasi yang baik, misalnya ajak jalan, atau bahkan dirumah saja sambil uwelan dan menunjukkan kasih sayang kita kepadanya (bukan menunjukkan kemarahan), dan saat saat mereka sudah merasa nyaman, sampaikan lah kecemasan mama, kekuatiran mama dan nasihat mama kepadanya dengan baik, dengan sabar dan berikan alasan kenapa mama tidak berharap anak mama merokok, yaitu demi masa depan mereka"

"oh gitu ya Mama Azriel?" ujarnya

"ya, saat usia seperti ini sangat sulit memang, disatu sisi kita sendiri perang terhadap suara hati, disisi lain, kita harus menunjukkan kebesaran hati kita untuk bisa menerima anak kita apa adanya dan lalu menggiringnya ke arah yang lebih baik lagi"

Dari budaya seperti itulah, yang akan membentuk benteng dalam hati dan jiwa mereka, untuk selalu merasa kuat menolak setiap pengaruh buruk yang ditawarkan dari pergaulan dan lingkungan yang ia temui. Sehingga ia bisa memilih, mana yang baik dan mana yang buruk.

Kecukupan rasanya nyaman dirumah, merupakan kekuatan baginya menghadapi masa remajanya meluncur dengan aktivitas dan pertimbangan yang sangat positif.

"iya..iya mama azriel, terima kasih..terima kasih, saya sudah lega sekarang, nanti saya ajak anak anak saya untuk bersahabat"




Comments